Minggu, 04 Februari 2018

SUATU BARANGKALI

barangkali masih bisa kau kisahkan tentang sisa pertemuan ketika udara begitu hangat dan langit menyisakan jejak yang rapuh

tak ada hujan kala itu
namun kenapa rindu terasa begitu basah?

maka pada ceruk matamu aku berteduh
memilin harap di antara renjana yang terus berderap

Bukankah telah lama kita tak menikmati ini?
Genggam tangan yang saling menghangatkan.

Maka diamlah
Biarkan sunyi jatuh perlahan
Menyelinap pada deretan buku-buku tua

Dan kita akan menghidu aromanya
Sebagai doa paling pinta

Jumat, 13 Oktober 2017

Yang Datang Bersama Hujan

Akhirnya hujan pergi
meninggalkan Desember.
Menyisakan remah roti
dan cangkir kopi.
Bercengkrama.
Mengganti hilang,
menemani kenang.

Rintik-rintik hujan terpahat
di pohon-pohon kemarau.
Suara-suara rindu terjatuh,
dari ranting - ranting sepi dan dedaunan yang mulai berguguran.

Tak kulihat sang waktu
berburu.

-- adalah angin,
yang memisahkan rindu daun,
dari dahan dan ranting.

@masSugie_

Sabtu, 02 Agustus 2014

Prihal Kita

Rindu akan hidup lebih lama dari kematian,
dan cinta akan tetap hidup dari waktu yang berguguran.
Sampai tangan Tuhan lelah dan menidurkan kehidupan.

Sedang kita adalah tangan-tangan yang tak ingin melepas genggaman,
meski hanya untuk menyeka air mata,
Meski hanya untuk menghapus debu di pundak derita.
Membiarkan kesedihan dan kepedihan berjalan seiring waktu.
Karena hanya itu yang tak bisa ditunggu.

Rabu, 09 April 2014

(BUKAN) PEMILIHAN UMUM

Perempuanku, gerangan apakah yang dibisikkan batu pengasah kepada pisau, sebelum engkau menggunakannya untuk menusuk lalu mencongkel rusukku?

Entah setan mana dalam bagian tubuhmu yang ingin merdeka, mencipta tubuh baru dari kesedihan-kesedihan jelata.

Menjadikan aku tumbal dalam hidup yang sebenarnya adalah fana.

Isyarat alam yang bertumbuh di jantungmu, telah menghantarmu pada cinta paling dungu.

Lihat aku! air mataku! Darah luka yang mengalir mencari muara; sebuah jatung yang detaknya di tubuhmu.

Inikah sebuah pesta? Di mana setan-setan dalam tubuhmu memperebutkan aku; sebuah kemerdekaan.

Huru-hara di setiap sudut kepalamu itu, meniupkan asap-asap hitam ke mataku.

Air mata ini, ialah penghilang dahaga bagi setan-setan di kepalamu. Kepada setan-setan di kepalamu; sebut nama Tuhanmu biar aku menjadi abu! Aku muak!

Niatkanlah membunuhku, perempuanku. Seperti yang dikatakan batu pengasah kepada pisau, seperti setan-setan di kepalamu yang risau.

Untuk bebas dan merdeka, jadikanlah aku apa saja, di dalam kepalamu.

Menangis atau tertawalah sejadi-jadinya. Sebab kesedihan-kesedihan adalah hidup setan-setan di kepalamu.

Usaikanlah pesta, biar aku cepat merdeka. Biar setan pemenang tubuh baru di kepalamu, meneruskan hidupku.

Merdeka, aku.

Selasa, 01 April 2014

Lelaki Pemburu

Kepada malam, ia menempa baja di kepala, menjadi peluru-peluru yang dilesatkan dengan membabi-buta. Entah mengenai apa saja.

Matanya yang bercahaya, seakan ingin membunuh sesuatu. Entah apa, malam tak pernah tahu.

Harum misiu membuat waktu tak pernah cepat berlalu, juga peluru-peluru yang memburu, melewati apa saja yang tergugu.

Malam hampir pagi, tak satupun peluru mengenai buruannya: ingatan yang membunuh kesedihannya.

Jumat, 28 Maret 2014

Menolehlah Sejenak, Ann

Bila kau membuka jendela, sempatkanlah sesekali menengok ke belakang.
Mungkin akan kau temukan warna warni ceria yang menghiasi cakrawala.
Hembusan angin yang melewati paru-paru dengan gembira, serta cericit burung gereja.

Atau ketika kau menyapa tukang ojek di pangkalan depan rumah, tolehlah ke belakang sesekali.
Mungkin akan kau temukan seekor anak kucing yang mengeong manja.
Menggosokkan bulunya ke kakimu yang senang bertelanjang kaki menyapa jalanan kampung.

Atau mungkin bila sempat, telusurilah sejenak jalanan di belakangmu itu.
Akan kau lihat benih yang kau tanam sudah tumbuh dengan subur. Setiap hari disirami dengan rindu dan kenangan.
Nanti akan kau temukan sebuah hati yang lapang, dimana semua hal tentangmu berlompatan dengan riang.

Jangan kaget bila di tempat seindah itu bertengger sebuah rumah pohon yang nyaris ambruk.Disanalah aku tinggal, Ann.
Sudah sejak lama seluruh warnaku pudar dan menghitam. Berpendar sejenak lalu menghilang. Gelap.

Aku — samar dan nyaris tak kelihatan.
Sebab dia memilih untuk merawat segalanya; tentangmu yang selalu berulang.

Pangkalpinang, 27 Maret 2014  oleh @isyiaAyu

Selasa, 25 Maret 2014

Kupu-kupu Hitam Dalam Bingkai Kaca

Mengapa kau simpan ruhmu padaku, kepongpong yang mati lemas dalam jantung kupu-kupu?

Ruhmu yang membusurkan bianglala. Merimbunkan daun-daun puisi dalam jambangan bunga-bunga.

Aku tahu, betapa letih tubuhmu dalam gugusan maha kelam.

Sebab akulah kau yang diam, yang mendaki mimpi-mimpi panjang pada malam paling malam.

Dadaku tak menyimpan warna langit, pula sungai dan laut yang biru.

Tenanglah aku, diammu. Kupu-kupu hitam dalam bingkai kaca.