Kepada malam, ia menempa baja di kepala, menjadi peluru-peluru yang dilesatkan dengan membabi-buta. Entah mengenai apa saja.
Matanya yang bercahaya, seakan ingin membunuh sesuatu. Entah apa, malam tak pernah tahu.
Harum misiu membuat waktu tak pernah cepat berlalu, juga peluru-peluru yang memburu, melewati apa saja yang tergugu.
Malam hampir pagi, tak satupun peluru mengenai buruannya: ingatan yang membunuh kesedihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar