Rabu, 09 April 2014

(BUKAN) PEMILIHAN UMUM

Perempuanku, gerangan apakah yang dibisikkan batu pengasah kepada pisau, sebelum engkau menggunakannya untuk menusuk lalu mencongkel rusukku?

Entah setan mana dalam bagian tubuhmu yang ingin merdeka, mencipta tubuh baru dari kesedihan-kesedihan jelata.

Menjadikan aku tumbal dalam hidup yang sebenarnya adalah fana.

Isyarat alam yang bertumbuh di jantungmu, telah menghantarmu pada cinta paling dungu.

Lihat aku! air mataku! Darah luka yang mengalir mencari muara; sebuah jatung yang detaknya di tubuhmu.

Inikah sebuah pesta? Di mana setan-setan dalam tubuhmu memperebutkan aku; sebuah kemerdekaan.

Huru-hara di setiap sudut kepalamu itu, meniupkan asap-asap hitam ke mataku.

Air mata ini, ialah penghilang dahaga bagi setan-setan di kepalamu. Kepada setan-setan di kepalamu; sebut nama Tuhanmu biar aku menjadi abu! Aku muak!

Niatkanlah membunuhku, perempuanku. Seperti yang dikatakan batu pengasah kepada pisau, seperti setan-setan di kepalamu yang risau.

Untuk bebas dan merdeka, jadikanlah aku apa saja, di dalam kepalamu.

Menangis atau tertawalah sejadi-jadinya. Sebab kesedihan-kesedihan adalah hidup setan-setan di kepalamu.

Usaikanlah pesta, biar aku cepat merdeka. Biar setan pemenang tubuh baru di kepalamu, meneruskan hidupku.

Merdeka, aku.

Tidak ada komentar: